" Dibawah Gurat Takdir "
Bila
gurat takdir masih memberi kesempatan untuk bertemu dengan tanggal 20 maret
nanti, sempurna sudah umur ku menggapai dua puluh enam tahun, anggka dua lima
telah terlewati, dua tahun itu telah berlalu begitu saja semuanya tidak begitu
berarti.
Padahal
anggka tersebut telah ditetapkan jauh – jauh hari, jauh pada saat – saat aku
masih duduk di bangku sekolah, bersanding mesra diatas pelamin sutra. Itulah
cita – cita yang pernah terlintas disaat usia remaja.
Banyak agenda diumur
dua lima,
mengukir hidup bersama, mendapat kerja yang layak dengan menyandang status sarjana, namun sayang mimpi itu malah menerangkapku dalam malam –malam
panjang, malam yang sesak.
Mendengkuh
disudut kamar, memeluk lutut yang membuat malam terasa amat panjang
memendam harapan menyulam mimpi, menjahit janji – janji, masa depan.
Namun semua
itu terbenam dalam harapan, yang pernah di kupupuk dahulu. dan pasrah pada gurat takdir, meskipun sudah sekian kali tangan ini menegadah
berlirih sendu dalam kabut sepi gelapnya malam, dengan penuh harapan tuhan
mendengarkan bisikan hati yang tengah didera sunyi.
Komentar
Posting Komentar