" Dibawah Gurat Takdir "


Tampa terasa waktu telah menghantarkan ku dipenghujung bulan januari dua ribu tiga belas, sempurna sudah, dua puluh enam hari pertama bulan ditahun ini telah berlalu begitu saja, artinya dua puluh enam hari pula umur ini kembali dikikis oleh waktu kesempatan untuk ku semakin berkurang.

Bila gurat takdir masih memberi kesempatan untuk bertemu dengan tanggal 20 maret nanti, sempurna sudah umur ku menggapai dua puluh enam tahun, anggka dua lima telah terlewati, dua tahun itu telah berlalu begitu saja semuanya tidak begitu berarti.

Padahal anggka tersebut telah ditetapkan jauh – jauh hari, jauh pada saat – saat aku masih duduk di bangku sekolah, bersanding mesra diatas pelamin sutra. Itulah cita – cita yang pernah terlintas disaat usia remaja.

Banyak agenda diumur dua lima, mengukir hidup bersama, mendapat kerja yang layak dengan menyandang status sarjana, namun sayang mimpi itu malah menerangkapku dalam malam –malam panjang, malam yang sesak.

Mendengkuh disudut kamar, memeluk lutut yang membuat malam terasa amat panjang memendam harapan menyulam mimpi, menjahit janji – janji, masa depan. 

Namun semua itu terbenam dalam harapan, yang pernah di kupupuk dahulu. dan pasrah pada gurat takdir, meskipun sudah sekian kali tangan ini menegadah berlirih sendu dalam kabut sepi gelapnya malam, dengan penuh harapan tuhan mendengarkan bisikan hati yang tengah didera sunyi.




Komentar

Postingan Populer