" 48 Jam di Tanah Kelahiran ”

Nagan Raya Sabtu 25 Mei 2013, keberaan saya dirumah tercinta ini merupakan untuk perayaan penyambutan kelahiran sang malaikat kecil kami, keluarga baru kami anak pertama dari pada Cut Nelli Mariana, dirumah inilah kami dulu dilahirkan dan pertama sekali menginjakkan kaki dengan tanah, tentu tanah kelahiran kami dan juga penerus dari kami, ditempat ini juga kami dulu dibesarkan.

Acara cukuran itu berlangsung pada hari sabtu, jumat malam, saya dengan mengendarai mobil L300 berangkat dari Banda Aceh pulang ke Nagan, meskipun ada sedikit masalah dengan gigiku pada waktu itu, mengalami pembenggkakan gusi yang sangat luar biasa menyiksa, namun demi melunaskan rasa rindu kepada keluarga dan terutama malaikat kecil kami Habil.

Lebih kurang jam sepuluh malam saya dan beberapa orang lain yang berada dalam satu mobil itu berangkat menuju Nagan Raya, sepanjang jalan gigi saya terus berdeyut tampa henti seperti mobil yang terus berderu kencang, pukul 24 00 kami tiba di lamno, tepatnya dikaki gunung Geurute sang sopir menghentikan mobilnya, ia minta waktu sebentar buat makan katanya dari siang ia belum makan serta memesan secankir kopi untuk menghilangkan rasa kantuk.

Siap makan, sang sopir kembali menekan gas mobilnya, ini sopir andalan kami yang sudah lama aku kenal di kampung dulu, Alhamdulillah pukul 04 pagi saya sampai dirumah dengan selamat, ternyata dirumah ada yang sudah bangun dan ada yang tidak tidur sama sekali, mereka mempersiapkan segala keperluan untuk acara esok, ibu yang sering kami panggil Nyak, menyambut saya didepan pintu, lansung menanyakan gigi saya yang sakit. Sebelumnya memang sudah saya beri tehu bahwa beberapa hari ini gigi saya kambuh dan sering menelpon beliau untuk sekedar menyakan obat kepadanya.

Terus aku mesuk kedalam dan menyalami beberapa keluarga disana yang sudah pada siap menunaikan sholat subuh dipagi itu, aku dapati juga Fatimah, keponakan saya anak tertua dari pada Cut Herni dan Imam Fuadi adik saya, makin gemuk saja dia, memang selera makanya tinggi hingga membuat badannya makin besar bila dilihat memang tidak begitu sepadan dengan seumuran dia yang masih duduk di bangku sekolah TK dan sangat berbeda dengan adiknya Ahmad Yasil.

Aku menyisir setiap kamar rumah itu, ternyata rame juga dirumah malam itu, ada juga dari beberapa keluarga dari Meulaboh, mereka sudah berkumpul lebih awal, tapi mesih bergulut dengan mimpi, hanya Fatimah yang bangun mendegar kepulangan saya makanya ia terbangun, apa lagi kalau bukan mengharapkan ole-ole pesanannya, dengan agak malu-malu kucing gitu, ini memang kebiasaannya jika masih baru-baru begini. Beberapa saat Nyak menyodorkan Obat sakit gigi, entah dari mana daun yang sudah dihaluskan itu ia dapatkan dimalam yang masih buta begini, memang ibu, apapun ia akan lakukan demi anak-anaknya.

Aku menempelkan obat itu dipipi yang bengkak dan merebahkan diri tidur sejenak, lebih kurang pukul 07 pagi saya bangun di luar sudah rame rupanyan, saya pun merasakan sudah ada baikan dengan gigi saya meski masih terasa bengkak dipipi, lekas mandi dan mengantikan banju, dan membantu mempersiapkan segala macam perlengkapan untuk acara syukuran itu.

Acara Peucicap itu berlangsung sempurna tampa ada kendala, hal ini tidak lepas dari kontribusi sanak family dan warga kampung kami, acara tradisi seperti ini memang sudah lama terbangun dalam masyarakat, bahu membahu saling membantu diketika ada acara dalam kampung, atau sering diistilahkan warga dengan Meu urub,dan begitulah seterusnya.

Sangat menyenangkan disaat berada di tengah-tengah mereka sekeluarga dan kawan sepermainan diwaktu kecil dulu, bagi saya tidak ada keistimewaan selain berada didekat mereka, walau hanya sesaat, sabtu malam saya menghabiskan waktu bersama teman-teman lam, berdiskusi ringan seputar perkembangan kampung dan kuliah masing, pada minggu pagi aku menghabiskan waktu bersama anak-anak, mereka keponakan saya yang lucu-lucu, minggu sore saya mengunjugi pemakaman umun kampung tempat dimana armahumah ibu saya dimakamkan, juga keluarga lainya. Inilah aktifitas saya keberadaan saya di kampung kali ini dan malamnya saya kembali ke Banda Aceh, dengan membawa potonga cerita ini.

Komentar

Postingan Populer