Politik Galau

Selasa, 19/02/2013 09:52 WIB
Ali Mustofa - detikNews


Jakarta - - Suhu panas politik Indonesia semakin terasa menjelang digelarnya pesta demokrasi tahun depan. Aroma tak sedap kian menyengat dari partai-partai politik menyambut ritual lima tahunan.



Para politisi makin galau, kekuasan yang di depan mata ibarat kue manis untuk jadi rebutan. Implikasinya, iklim politik pun minus dari komitmen umtuk meng-Esa-kan Tuhan (unity of Good head).


Terbaru, publik dihebohkan kasus suap impor daging Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaq. KPK menetapkan empat orang tersangka dalam kasus suap impor daging sapi.


Kasus ini seakan menggenapi catatan-catatan hitam parpol-parpol di Indonesia selama ini. Tak sampai disitu, terjadi efek karambol menyusul pencekalan putra Dewan Syuro PKS keluar negri terkait kasus serupa.


Klaim adanya konspirasi yang dilontarkan petinggi tampaknya cukup mampu menjadi penenang hati sekaligus pengikat kesolidan mayoritas kader.


Namun tak berbanding lurus dengan kepercayaan masyarakat pada partai ini.Setidaknya itulah kesimpulan dari berbagai hasil survei terkini yang menunjukkan elektabilitas Partai "putih" tersebut terjun bebas.


Di pihak lain, isu tidak terlalu penting absensi sidang DPR, Ibas Yudhoyono, juga menjadi santapan politik terhangat. Akibat kasus ini, politisi Demokrat yang juga putra Presiden ini terpaksa harus mengundurkan diri dari panggung Senayan.


Kisah partai pemenang pemilu 2009 ini memang tak ada habisnya. Nasib Sang Ketua Umum kini diujung tanduk. KPK sedang kejar deadline pembuktian untuk Anas Urbaningrum menjadi tersangka.


Isu perpecahan internal partai banyak masalah ini pun terus menyeruak menyusul tersiratnya ketidakharmonisan antara SBY dan Anas. Tsunami politik inilah yang membuat SBY selaku Ketua Majelis Demokrat akhirnya turun tangan memebereskan persoalan partai.


Parpol lain tak kalah memprihatinkan, bak disambar petir di siang bolong, Golkar didaulat ICW menjadi parpol terkorup di tahun 2012. Indonesian Corruption Watch (ICW) pada Jumat (28/12/), merilis daftar kader partai politik yang terlibat kasus korupsi pada tahun 2012 .


Partai Golkar 'mengungguli' Partai Demokrat sebagai partai yang kadernya paling banyak terlibat korupsi. Dari catatan tersebut Golkar menempati urutan pertama yang paling banyak 'terjerat kasus korupsi. Di posisi kedua, Partai Demokrat dan disusul PAN dan PDIP, Posisi keempat diduduki oleh PKB , Gerindra, PKS dan PPP.


Begitulah. Suatu yang eksak. Acap mendekati pemilu, politik semakin galau. Para politisi galau ingin menjadi pemimpin, galau mempertahankan atau merebut posisi. Alhasil Ideologi tak lagi menjadi landasan, rambu agama tak jua dihiraukan. Faktor kepentinganlah yang menjadi panglima dalam mengambil pijakan.


Ongkos demokrasi memang mahal, padahal kocek tak cukup tebal, akhirnya sikat sana sikat sini. Kekuasaan tampak begitu menggiurkan, padahal hanya mampu di emban oleh orang-orang tertentu yang amanah dan memenuhi kriteria, akhirnya sikut sana sikut sini.


Ketika itu pragmatisme di balut dengan bahasa "semakin ke tengah", sekulerisme dihias dengan nasionalis religius, kesesatan politik disebut ijtihad politik. Maka akhirnya umatlah yang menjadi korban. Baik dalam iman maupun kesejahteraan.


Karena itu, tak perlu silau dengan praktik sistem sekularisme di negri ini yang tengah di puja-puja banyak kalangan. Sebab, akibat sistem ini, Indonesia menjadi babak belur di segala bidang kehidupan.


Sungguh, Indonesia butuh sistem syariah Islam dalam bingkai negara khilafah yang telah terbukti selama berabad-abad mampu memberikan kepuasan hati.


Mari berjuang ganti sistem sekulerisme dengan system Islam. Semua ini untuk kebaikan bersama. "Apa hukum jahiliyyah yang mereka kehendaki? Hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?" (TQS Al-Maidah: 50).


*Penulis adalah pemerhati politik dan aktif di CIIA (The Community of Islamic Ideological Analyst)

Komentar

Postingan Populer