“ Gejolak jiwa ”
Mata
hati ia selalu melihat dengan penuh teliti, tepat dalam menilai sesuatu, jitu .. tidak pernah keliru, mata hati penuh
pertimbangan serta selalu memberi arti dalam hidup ini. Itulah mata hati ,
selalu berteriak langtang dari balik sanubari, diketika raga tidak lagi
sejalan dengan bisikan hati.
Namun,
raga tetap saja bertindak lain
menelusuri jalan lain, tidak jarang menghadirkan debat kusir antara mengikuti
kehendak hati atau mengirigi ajakan raga
“ Bimbang ’’ seperti ada sekat pemisah perjalan hidu menjadi dau arah.
Tetap
bertahan dengan profesi yang ku guluti selama ini tapi hati engan mencintai,
namun ingin ku berlari pada profesi yang oleh hati merestui namun diri
terhalang oleh materi.
Berada
dalam satu wadah namun berbeda pandangan “ Bersebrangan” inilah cerita hidup
serpihan gejolak jiwa yang kualami, ada
kerja namun tidak di terima oleh hati, namun oleh kacamata materi harus
kupaksakan diri menerimanya demi memenuhi ongkos hidup yang semakin mendesak
diri.
Bukan
karena haram ataupun tidak suci, namun ada hal yang mengganjal dalam hati
bersuara dari dalam diri yaitu apabila aku bertahan pada profesi ini berakibat
pada pondasi awal sebuah tujuan yang
pernah kutabuh tempo hari dulu, haruska aku mengikuti lika liku yang apabila ku
biarkan membuat diri terpental dari rel tujuan awal itu.
Kemana
nak dibawa gejolak jiwa yang terus membara - membakar sumbu – sumbu
kebimbangan. Hanya dengan kesabaran sebagai resolusi, penengah antara hati
dengan jiwa membawa kepingan – kepingan ketenanggan pada jiwa.
Ohh….
Tuhan apabila benar suara hati itu suara mu…? Betapa teganya diri Ini telah
membohongi diri dan juga diri mu….!
Ohh…
tuhan tentu saja engkau telah merencanakan batas waktu akan kesabaran itu….!
Komentar
Posting Komentar