Senja di Beranda Jambo Bengkuang
Oleh : T. Hendra Keumala Alamsyah
Gunung itu menjulang tinggi ke anggkasa,
hijau dedaunan pohon menari nari diatas
puncaknya, seakan menyapu langit - langit biru, serta aliran sungai di bawahnya
meliuk liuk bagaikan seekor ular yang
menjalar menyulusuri hamparan padang
luas.
Air bersih nan bening yang
mengalir diantara celah bukit hutan yang dianugerahi surat keramat sebagai hutan lindung itu, memberi kesejukan bagi mereka yang bersentuhan
dengan air di tempat tersebut, itulah pesona Krung Isep.
Keindahan wisata Krung Isep yang
membuat pengunjung tertarik kerena selain tempat permandiannya yang sangat
cocok untuk semua usia mulai dari anak anak sampai orang dewasa dan juga kerena
kesejukan alam serta airnya sangat dingin, selain itu kejernihan air sungainya
pun tidak kalah dengan air aqua.
Sungai yang membelah Gampong
Pante Ara tersebut berada di wilayah Barat Aceh, Kabupeten Nagan Raya, kurang
lebih lima belas kilometer jarak tempuh dari Suka Makmur Ibukota Kabupaten
Nagan Raya dan sepuluh kilometer dari Kota Jeuram, tepatnya di Desa Pante Ara
Kecamatan Beutong, untuk mencapai ke tempat itu kita cukup menaiki kendaraan
roda dua dan empat.
Letak sungai dikaki bukit yang
menjulang tinggi sertai dihiasi oleh pohon pohon rimbun nan hijau dan di apit
oleh bukit bukit kecil, membuat tempat itu banyak dijejali wisatawan, baik
wisatawan lokal maupun wisatawan yang datang dari luar, aliran sugai yang masih
perawan itu mengalir tepat di bawah jembatan yang menghubungkan antara Keude
Ule Jalan dengan pemukiman Beutong Ateh, di bawah jembatan itulah orang orang
berteduh dari sengatan mata hari, memanjakan diri dengan keramahan alam.
“ Air nya bening dan bersih bebas
dari polusi yang membuat kita terpikat
untuk mandi di tempat ini”, kata Syahrul
Razi salah seorang Mahasiswa Sekolah
Tinggi Ilmu Administrasi.
Di samping itupula rangkang rangkang berbahan kayu dan beratapkan daun
rumbia berjejeran di sepanjang aliran sungai tersebut, menjadi salah satu
pilihan sebagai tempat singgasana peristirahatan setelah bermanja senda dengan
kesejukan air deras.
Dari rangkang rangkang itupula,
henbusan aroma kopi robusta menyebar keseluruh lubang hidung yang ada di tempat itu, seakan aroma itu
mencokok pengunjung untuk menikmati air
pekat hitam yang telah bercampur ampas kopi itu, menghangatkan badan setelah
bermandian.
Selain itu, daya tarik keindahan
Alam Beutong yang memikat adalah permandangan elok gunung singgah mata, apa
lagi saat mata hari terbenam, puncak gunung yang berbentuk unik tampil dengan
rona sendu, kemerahan yang menawan, suasana alam tersaji, di Singgah Mata,
berkat petakan petakan hijau sawah warga.
Namun untuk menikmati keindahan
singgah mata membutuhkan sedikit perjuangan,
kita harus menaiki tanjakan dan melanjutkan perjalanan ke puncak, dengan
ruas jalan yang menanjak, walau untuk mencapai puncak singgah mata akan membuat kita sedikit lelah, akan tetapi
semua itu aka terbayar ketika kita berhasil mencapai puncak, permadangan elok
terhampar di hadapan kita, bahkan seolah kita berada di atas awan karena lokasi
singgah mata cukup tinggi.
Sore itu matahari sudah mulai
melangkah pelan menuju pintu peraduan, walau cahaya sedikit terhalang awan,
namun masih tampak indah di seberang laut barat sana, beberapa pria bergegas
mengstarter sepeda motor, menaiki bukit singgah mata, setelah menegak kopi
sedukan kak Rohana Minggu (27/05/2012).
Hanya menaiki tajakan lebih
kurang satu kilometer kita sudah mencapai Jambo Bengkuang yaitu puncak Gunung Singgah
Mata, letak bangunan tersebut berada di antara pemukiman Ule Jalan dengan
pemukiman Beutong Ateh.
Bangunan yang berukuran empat kali empat, berbahan kayu dan semen
yang beratapkan seng itu merupakan tempat peristirahantan bagi warga yang
melewati daerah tersebut.bangunan yang sudah tertata rapi serta corak dinding
yang terpoles cat biru muda itu sebagai
tempat persinggahan sementara untuk memanjakan mata, bagi mereka yang sedang
melakukan perjalan ke Takengon maupun sebaliknya.
“ Namanya saja Gunung Singgah
Mata, jadi kalau lewat, singgah dulu, lihat dulu permandangan alamnya sambil
menghirup udara segar”. Ucap Rahmad Reza, yang beberapa bulan lalu bergabung
dengan Komonitas Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Teuku Umar.
“ Daratan membentang yang mendominasi
Alam Beutong, tidak lah mengherankan jika Beutong memiliki karakteristik
wilayah yang beragam. Topografi ini merupakan pahatan alam dan menghasilkan
aneka bentuk atau tekstur yang mengagumkan” Kisahnya lagi, sambil menghebuskan
asab rokok dari mulutnya.
Di tempat itu tidak sulit
mendapatkan permandangan alam hijau Kebupaten Nagan Raya, yang membentang luas
dari bujur barat sampai bujur selatan, di tempat itupula orang orang duduk pada
sore harinya menyaksikan mata hari membenam kan diri dalam peluk lautan.
Pesona singgasana singgah mata
yang menyebar keindahan alam, serta ditambah dua sejoli aliran sungai besar yang berkelok kelok menyulusuri bentangan persawahan hijau
menjulur jauh sampai ke tepi laut Kuala Tuhan, yang memberi kenangan tersendiri
bagi mereka penikmat wisata alam.
Dari kejauhan terlihat kebun
sawit yang hijau jauh membentang di sepanjang wilayah pesisir laut Samudra
Hindia, di tengah tengah itupula mengepul asap tebal pabrik kelapa sawit PT
Soffindo menjulur ke anggkasa bagaikan kapal uap dalam lautan yang sedang
mengarungi samudra.
Kerumunan awan awan kecik seakan
menjilat jilat pucuk hutan perawan
meranti, dari beranda Jambo Bengkuang dipuncak Gunung Singgah mata hamparan
kemuning padi terlihat di sisi bukit Cout Jawi, serta bangunan pusat Kota
Meulaboh berdiri kukuh dikejauhan
menadah langit, seakan menunjuk akhir segala alir, yang tak henti menyimpan
gairah bagi pancaran mata.
Tapi sangat disayangakan, kondisi
jalan menuju kesana sangat memprihatinkan, amukan longsor dan terkikis air saat musim hujan tiba,
mengakibatkan jalan berlubang serta berbatuan mehambat para pengguna jalan itu,
jalan tersebut merupakan satu satunya urat nadi yang menghubungkan antara
Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Tengah Itu seakan luput dari penglihatan pemerintah
setempat.
Padahal daerah tersebut
berpotensi besar bagi sektor wisata alam serta meninggkatkan perekonomian
bagi warga dengan memasok sayuran dari Kota Takengon.
Malam di ambang petang lembayung
mulai memuncratkan warna keemasan ke seluruh penjuru angkasa, tamparan lembut
hawa dingin mulai terasa, sebentar lagi mata hari lenyap ditelan bumi. Kami pun
turun di keleluasan senja mengakhiri cerita di Jambo Bengkuang.
Komentar
Posting Komentar