Si kerudung biru
Di surau tempat dimana warga
kampung kami menjalankan sholat, baik pun sholat farzhu maupun sholat sunnat
dan acara – acara keagamaan lain nya, tibalah pada bulan suci ramadhan, kali
ini aku dapat menjalankan ibadah puasa bersama keluarga di kampung tempat aku
di lahirkan, karna kuliah ku di liburkan selama bulan suci ramadhan, perasaan
ku senang sekali, bisa menikmati kebersamaan ini, apalagi ketidak senangan ku
bangun tengah – tengah malam menyiapkan menu sahur, makanya aku lebih milih
pulang ke kampung, dengan adanya momen ini, aku tidak perlu repot – repot
memasak sendiri, karna sudah ada mak N’yak, ku yang masak, tinggal lahap saja,
aumm.. mantap.
Malam ini malam pertama kami
sholat terawih untuk tahun ini, rasanya sudah tak sabar lagi diriku ingin pergi
ke surau, sudah lama juga aku tidak pernah lagi menjajakan kaki di tempat ini,
semenjak tamatan MTsN keude linteng, yang berada di ibu kota kecamatan, terus
melanjutkan sekolah tinggkat menengah atas, ke kabupaten tetangga yaitu aceh
barat, kemudian melanjutkan kuliah ke kuta raja, dan semenjak itulah aku sudah sangat jarang pulang. Baru kali
ini aku dapat merasakan suasana kesejukan
desa yang sudah lama ku tinggal.
Allahuakbar – Allahuakbar……
lantunan azzan sudah mengema dikumandangkan
menyeru ke jalan tuhan, sepertinya telingaku sudah sangat familiar
dengan suara ini, aku menebak ini suara Tgk ismail, ya Tgk ismail atau biasa
kami panggil dengan ayawa ma’e beliau adalah Tgk imum menasah di kampung kami,
walau usia tidak lagi belia, tapi kemerduan suara masih tetap seperti biasa
disaat mengumandangkan asma allah.
Surau tidak terlalu jauh dengan
rumah ku, dengan hanya berjalan kaki sekitar tiga ratus meter kita sudah berada
tepat di pintu surau, aku bergegas menuju ke suara azzan, baru saja melanggkah
hanya baru beberapa langgkah, mata ku sudah dapat menanggkap kerumunan orang di
depan surau, yang sedang menunggu waktu sholat isya tiba, aku terus mendekati
dan memasuki perkarangan surau. Assalamualaikum, aku member salam kepada
beberapa orang yang sedang bercakap – cakap, secera bersamaan mereka menjawab
salam ku, waalaikum salam wr… wb.. kemudian ku sodorkan tangan sambil
membunggkukan kepala menyalami orang – orang yang ada di sana ,
membunggkuk kan
kepala di ketika bersalaman, itu merupakan sebagai wujut penghormatan kepada
orang yang lebih tua dari kita, dan itu sudah menjadi tradisi di daerah kami.
Sambil melempar senyum beberapa
orang bertanya dalam bahasa aceh pajan kawo dra ( kapan pulang dra) ….? Baro ( kemaren ) jawab ku, sambil membalas
senyum ramah itu, karna mengingat waktu sholat hanya tinggal beberapa menit
lagi, ku sudahi sampai disini percakapan ku, padahal masih sanggat merindukan
kehanggatan dan keramahan warga kampung ku, apalagi mareka sudah pernah hadir
dan mengisi hari – hari masa kecil ku, aku pamitan mengambil wudhuk dulu,
marekapun masuk ke surau.
Lalu
aku bergegas menuju tempat wudhuk, disana ku dapati ada beberapa ibuk – ibuk
yang sedang megambil air wudhuk, mareka hanya senyum – senyum kecil ketika
melihat aku mendekati, aku hanya membalas dengan hanya senyum kecil pula, ada
juga yang sedang mengantri untuk mendapat giliran timba, aku juga turut
mengantri, maklum di tempat kami berwudhuk nya masih manual artinya, masih
memakai timba yang di ikat dengan tali nilon,
belum ada yang namanya sanyo atau apalah namanya, pokoknya mesin pemompa
air,antara wanita dan lelakipun tidak ada batas pemisah memang begitu adanya.
Aku melihat di sekeliling
perkarangan menasah, ada perubahan di tempat ini walau tidak begitu banyak,
dulu belum ada pagar pembatas dengan jalan, tapi sekarang sudah ada pagar yang
terbuat dengan trali besi allhamdullah ada kemajuan bisik hati ku, kemudian aku
menggigat dulu ada sebatang pohon kelapa yang tumbuh menjulang tinggi, di
samping sumur tempat mengambil wudhuk, tapi sekarang sudah tidak ada lagi,
munkin di potong karna di takutkan bila pelapah atau buah kelapa jatuh, akan
mengenai orang yag sedang berwudhuk, aku mengira – gira.
Kemudian, mata ku kembali melihat
bagian sudut perkarangan menasah sebelah timur, mata ini mendapati sepohon
jambu besar yang bersebelahan dengan jalan, yang menjulang agak condong ke
dalam sawah, dikala melihat pohon ini rasanya seperti terulang kemasa lalu,
masa kecil ku, ada tersimpan ribuan kenangan di pohon itu, tiba – tiba saja aku
jadi teringat seseorang ketika itu,.. iyaaa.. dedi.. dia yang pernah terjatuh
pada saat itu,pada saat kami berlomba – loba mendapatkan jambu yang paling
merah di antara kami, dia orang pertama yang berhasi menaiki, sangking
bersemangatnya ia pun tidak lagi berhati hati,dan kaki nya menginjaki dahan
yang sudah sangat rapuh,secepat kilat ia pu terjatuh berhamburan kekubangan,
bersamaan dengan dahan yang patah, kamipun tertawa melihatnya karna seluruh
badannya di penuhi lumpur, tapi kemana ia malam ini …………..? hati ku bertanya.
Dengan masih sedikit perasaan
berntanya tentang si dedi, mata ku
melirik kanan kiri mencari – cari timba yang sudah pada ngangur, tampa sengaja
mata ku menanggkap sepasang bola mata indah, seindah pelagi, mata kami saling
memandang satu sama lain, kemudian sebuah ukiran senyum manis pun menyertai,
hati ku berdegup kencang, dan aliran darah pun semakin deras terasa,aku hanya
diam, hati berkata, subbhanallah indah sekali ya allah, apakah ini yang di
namai cinta yang pernah di bicarakan banyak orang. Atau sebuah kearifan yang
masih tersimpan di desa ini, atau munkin ini juga merupakan sebuah kelebihan
yang di hadiahi allah pada bulan ramadhan.
Kemudian aku juga membalas
senyumnya, ternyata ia juga lagi mengantri untuk mendapatkan giliran timba,
kami hanya melirik sesekali, perasaan ku sudah tak menentu, gundah bercampur
senang, waktu sholat pu hanya tinggal sedikit lagi,suara ayawa ma’e kembali
terdengar allahuakbar – allahuakbar rupanya sudah iqamat, kini tiba saat nya
aku mengakhiri antrian, aku melihat seorang nenek sudah pada siap, berati
giliran ku kini, aku bergegas meraih tangkai timba dari tanggan si
nenek.rupanya secara bersamaan si mata indah itu juga meraih tali timba itu,
kemudian tarik menarik tali pun tidak terelakkan,mata kami kembali menatap,
diriku kembali di hujati senyum manis itu, aku tak sanggup manatap sinar
matanya, aku lepas dan mengalah, mau tidak mau aku kembali harus menunggu
sampai ia selesai.
Pada saat malam pertama itu, aku jadi terlambat sholat isya’ iman sudah pada mengucapkan salam, pertanda sholat sudah pada selesai, sedangkan aku harus bangun kembali, berdiri sendiri mengejar ketinggalan satu raka’at lagi, semua mata menuju kearah ku, aku tidak peduli dengan semua itu, walau agak sedikit malu. Karna tempat ku paling dekat sengan surau.akhirnya ku sudahi sholat dengan salam dan melirik kekanan dan kekiri.Walau agak sedikit terganggu oleh bayang wajah gadis manis itu, dan munculkan pertanyaan dalam hati, tentang siapa dan di mana asal gadis berkerudung biru itu, sebelumnya tidak pernah ia ku temui di kampung ini, munkikah ia bukan warga sini, sepertinya ia telah mewarnai hati ini, dia telah mengacaukan pikiran ku, kenapa semudah itu, ahh dasar.. curang.. pekik ku.kemudian ku coba melupakan semua itu dan melanjutkan sholat terawih bersama.
Pada saat malam pertama itu, aku jadi terlambat sholat isya’ iman sudah pada mengucapkan salam, pertanda sholat sudah pada selesai, sedangkan aku harus bangun kembali, berdiri sendiri mengejar ketinggalan satu raka’at lagi, semua mata menuju kearah ku, aku tidak peduli dengan semua itu, walau agak sedikit malu. Karna tempat ku paling dekat sengan surau.akhirnya ku sudahi sholat dengan salam dan melirik kekanan dan kekiri.Walau agak sedikit terganggu oleh bayang wajah gadis manis itu, dan munculkan pertanyaan dalam hati, tentang siapa dan di mana asal gadis berkerudung biru itu, sebelumnya tidak pernah ia ku temui di kampung ini, munkikah ia bukan warga sini, sepertinya ia telah mewarnai hati ini, dia telah mengacaukan pikiran ku, kenapa semudah itu, ahh dasar.. curang.. pekik ku.kemudian ku coba melupakan semua itu dan melanjutkan sholat terawih bersama.
Hari ini adalah hari ketiga aku
berada di kampung, perasaan senang selalu menyertai karna berada dalam linggkungan
yang penuh dengan kedamaian, sejuk, tampa ada polusi, apalagi bila ku ingat
kejadian beberapa hari yang sudah
berlalu, penuh keindahan, aku melai bersemangat dan berpikir mencari tau siapa
dara manis yang telah merebut tali timba dari tanggan ku, bukankah aku juga
telah mengantri,sangat curang dia itu, dan dimana rumahnya, tapi kemana harus
ku cari, kalau pun ku Tanya teman, aku haru Tanya gadis pulan tinggal dimana,
karna gak tau namanya , heheh jadi lucu… sungguh dara manis penuh misteri
.
.
Malam – malam berikutnya hampir
tidak abseb ke surau, iapun demikian, aku selalu mendapati gadis manis itu di sana , aku senang
melihatnya, terkadang sesekali ia mengenai kerudung warna biru seperti pada
saat pertama aku melihatnya. semakin hari semakin ku temukan titik terang
tentang sosok gadis manis yang membuat kesan,dara berkerudung malam itu " Keumalawati " punya nama, ia tinggal berada di dusun sebelah namun masih berada di
desa yang sama dengan ku. Pikiran mulai agak lega sedikit, tapi hati belum puas
dengan semua itu,munkinkah ia sudah ada yang punya, semoga saja dugaan ku
salah.
Lebaran kini telah di depan mata,
lampu kuning pun mulai menyala, pertanda aku harus siap – siap balik ke banda,
liburan ku hanya tinggal beberapa hari lagi, jikalau lampu hijau menyapa, aku harus sudah di
banda, hati ku semakin risau karna ingin sekali
menemui si dia, tapi sampai hari ini aku belum dapat menemui dia
menyampaikan sepatah dua kata, ku ingin miliki, tapi hati ku masih belum punya
kekuatan untuk menyampaikan perasan ini kedia. Aku menunggu sampai bila
saatnnya tiba. Ku hanya pasrah pada mu tuhan, semua ini adalah rencana mu, dan
ku yakin pada ketentuan mu tuhan, rabb jikalau ia bagian dari hidupku,
lindungilah dia, aku mohon dengan segala kerendahan hati, jagalah ia untuk ku.
Banda
aceh 30 januari 2012
Oleh
: Teuku Hendra Keumala Alamsyah
Komentar
Posting Komentar